21 May 2017

Perjalanan Saya Memperoleh Ilmu Servis Elektronik

 

Dulu ketika pertama mengenal dunia elektronik

Saya mengenal elektronika pada saat itu ada yang bermasalah dengan radio /tape kompo yang mati. Dari situlah saya mulai penasaran tentang apa yang membuat sebuah radio bisa menghasilkan suara. Rasa penasaran itu membuat saya ingin membuka radio tersebut untuk diperbaiki. Namun yang terjadi pada radio tersebut malah tambah parah, yaitu ada asap yang mengebul dari mesin radio tersebut. "Hahaha!" .

Waktu berlalu, saya malah tambah penasaran dengan elektronika. Korban pertama radio, kemudian saya mulai mencari korban baru. Karena penasaran saya semakin meningkat, saya menemukan sebuah TV hitam putih merek national milik kakek saya yang kebetulan masih hidup normal namun sudah tidak terpakai lagi.  pertama membuka TV tujuannya pada saat itu adalah untuk mengetahui apa isi dari sebuah pesawat TV. Setelah saya membuka TV tersebut kemudian saya membersihkan moboard TV menggunakan kuas. Lalu yang terjadi pada saat saya mencoba menyalakan malah TV tersebut mati total. Perasaan saya mulai resah dan merasa bersalah. Mulai dari saat itu saya ingin sekali mengobati rasa bersalah tersebut dengan cara harus bisa menghidupkan TV national milik kakek saya yang awalnya hidup setelah saya bersihkan malah mati total. Berhari hari saya oprek namun tidak ada hasil.

Kegagalan menghidupkan TV yang rusak itu membuat saya mencari cara bagaimana mengatasi TV mati total dengan cara mencari informasi dari sebuah bengkel elektronik. Namun tidak ada hasilnya malah tambah parah.

Berbulan Bulan saya membiarkan TV dalam keadaan mati. Saya terus berfikir mencari solusi dari permasalah TV mati. Akhirnya saya menemukan sebuah jalan keluar dari masalah ini yaitu mencari sebuah kursus reparasi elektronik. Kebetulan saya menemukan seorang teman yang mengajak untuk mencari keterampilan di balai latihan kerja di kabupaten. Ketemulah sebuah jurusan yang saya harapkan yaitu reparasi elektronik.

Satu Bulan saya belajar di balai, di sana saya mulai mengenal elektronika dasar yang sesungguhnya. Mulai dari mengenal simbol komponen, mengenal berbagai rangkaian, penggunaan AVO Meter. Jika dulu hanya menggunakan tespen sebagai penanda arus , kini sudah mengerti bagaimana mengukur tegangan. Ternyata menggunakan tespen di rangkaian elektronik adalah kesalahan terbesar saya.

Sampailah pada materi yang saya cari selama ini yaitu materi reparasi televisi. Dalam pembelajaran reparasi TV, saya mulai kembali mengambil TV hitam putih yang mati karena kebodohan saya di masa lalu. Namun dengan teori yang ada ternyata tidak sesuai dengan apa yang saya fikirkan. TV yang mati tersebut belum bisa teratasi dengan teori yang saya dapatkan di balai latian kerja jurusan elektro. Ternyata materi yang saya pelajari tidak sesuai dengan praktek.

Setelah saya lulus dari kursus tidak serta merta saya bisa memperbaiki perangkat elektronik. Berbagai kendala saya alami. Hari demi hari saya terus belajar memperbaiki perangkat elektronik. Saya masih ingat waktu itu pertama kali mendapat pasien berupa sebuah amplifier merek primo, yang mana ampli tersebut gagal saya servis. Akhirnya saya mencoba mengganti mesin power speaker aktive. Solusi yang saya lakukan ini ternyata berhasil. Disitu lah saya mulai menerima reparasi perangkat elektronik, meski kadang barang yang saya service tidak berhasil.

Satu tahun berlalu dengan cepat. Trial error saya jalani dengan pasti kadang terbesit ingin menyerah dan memilih profesi yang lain. Di saat saya ingin menyerah dalam usaha, ternyata ada sebuah jalan yang di berikan oleh Tuhan yaitu bekerja di sebuah toko elektronik. Di toko itulah saya belajar dengan seorang teknisi yang sudah berpengalaman selama beberapa puluh tahun bekerja sebaga tuser elektro. Saya belajar banyak hal darinya. Yang paling banyak saya dapat darinya adalah teknik mereparasi TV.

Di toko terus berdatangan perangkat elektronik dari pengguna, setiap hari saya membantu servis elektronik. Dalam jangka waktu setengah tahun berjalan saya mulai bisa mereparasi TV tanpa bantuan dari rekan tuser.

Ketika saya sudah sedikit menguasai  teknik reparasi TV saya kembali mengambil TV national yang sempat saya tinggalkan beberapa Bulan. Ternyata setelah saya tahu teknik reparasi TV permasalahan TV national mati total ini hanya disebabkan oleh retaknya beberapa solderan pada kaki komponen di area regulator.

Sampai saat ini TV national dari kakek saya masih saya simpan sebagai saksi perjuangan saya memperoleh ilmu pengetahuan elektronik. Karena tanpa TV hitam putih merek national saya tidak menjadi tukang servis elektronik. Mungkin lain cerita jika TV tersebut tidak mati.

Pelajaran yang dapat kita ambil dari kisah saya diatas ialah, bahwa segala sesuatu membutuhkan ilmu pengetahuan dan pengalaman!!!! Otodidak sebenarnya bisa namun akan terlalu banyak biayaya trial error.

Sampai saat ini, saya masih berkecimpung di dunia elektronik terutama servis TV. Suka dan duka terus saya jalani. Meski terkadang saya ingin menyerah dengan semua itu. Namun sekarang servis elektronik, saya jadikan sebagai pekerjaan sampingan untuk sedikit menolong tetangga di desa saya. Ini saya lakukan semata-mata  karena hobi, bukan karena uang.

Servis memang membutuhkan kesabaran dalam menghadapi segala kerusakan yang ada. Jika dilihat secara prospek bisnis, servis elektronik tidak menjanjikan jika dijadikan pekerjaan utama terutama di desa. Kebetulan saya mengalami hal ini. Namun bisnis servis elektronik jika dilakukan dengan sungguh-sungguh tidak menutup kemungkinan bisnis ini menjanjikan. Terutama di kota-kota besar, karena di kota target pasar nya luas.

Sedikit cerita tentang bagaimana saya memperoleh ilmu servis elektronik di atas mudah-mudahan bisa menjadi inspirasi untuk anda semua. Saya di sini hanya berbagi pengalaman tentang perjuangan saya memperoleh ilmu elektronik. Dari kisah yang saya ceritakan dapat disimpulkan bahwa di dalam kehidupan ini segala sesuatu membutuhkan perjuangan, tidak ada yang instan. Mie instan saja butu perjuangan untuk membelinya, kemudian setelah bisa di beli harus dimasak, untuk memasaknya saja membutuhkan api, air. Ya kan?
Thanks!

No comments:
Write komentar